Semantik dalam lagu gundul-gundul pacul adalah berupa tanda musik pada partitur termasuk not angka yang juga merupakan symbol dari pertitur lagu tersebut. Morris (1960) mengatakan bahwa pragmatik merupakan disiplin ilmu yang mempelajari pemakaian tanda, yang secara spesifik dapat diartikan sebagai cara orang menggunakan tanda bahasa dan caraPancen ora bisa diselaki, menawa syair lelagon Gundhul-Gundhul Pacul kuwi rinasa prasaja. Nanging menawa kababar makna lan surasane, syair lelagon Gundhul-Gundhul Pacul ngemu pitutur luhur rong prekara. Pitutur kang sepisan, manungsa Jawa aja padha duweni sikep gembelengan, gemedhe, utawa sapa sira sapa ingsun.
Tiap angka menunjuk nada yang tertentu, oleh karenanya hingga kini tetap dipergunakan baik untuk lagu-lagu tembang maupun lagu-lagu gendhing, di Provinsi JawaTengah maupun Provinsi DIY. 2. Sistem notasi Dewantoro yang dalam bahasa Jawa disebut “titi laras Sariswara” adalah ciptaan Ki Hajar Dewantara pada tahun 1928 di Yogyakarta.
Pada kajian ringkas makna Filosofi tembang Gundul-gundul Pacul ini, kita bisa mengambil suatu hikmah yaitu, dalam menyikapi sebuah persoalan hidup hendaknya kita lebih mempertimbangkan secara ruhani atau batin dan aspek-aspek sosial lainya. Dalam arti tidak hanya berdasar aspek logis saja, karena kita sebagai makhluk yang ber-Ketuhanan dan
kLhREGi.